My Name is North

0 komentar
TwitThis

My name is North. i come from Indonesia..bla..bla..
kata
-kata itu masih terngiang saat pertama kali aku menjejakan kakiku di tanah New England ini, 5 tahun yg lalu. Dulu aku masih sekolah di SMK Negri 3 Kuningan (Jawa barat), dan setelah kelas 2 aku dikirim ke inggris.Aku siswa yg cukup pandai. itu di buktikan dengan aku siswa terpilih dari Indonesia untuk mengikuti program pertukaran pelajar, ini adalah bentuk kerjasama antara Inggris dan Indonesia dalam bidang pendidikan. Tak terasa semua kejadian itu seperti baru kemarin.
Sekarang Aku melanjutkan sekolahku ketingkat perguruan Tinggi, Oxford University.
hey you broked my pen
 seorang mahasiswa culun dengan kacamata besar,rambut terbelah dua.berkulit putih, dia sedang berhadapan dengan orang yang sengaja menjahilinya.

is it a problem?
tanya seorang
Mahasiswa lain nya - yg lebih tepat di sebut sebgai tukang pukul daripada mahasiswa-  dengan nada menantang. Pria yg bertubuh tinggi besar itu mulai membuat si culun ketakutan, akhrnya si culun pergi dan lebih memilih merelakan pulpen nya yg rusak daripada harus berurusan dg si 'tukang jagal'.
Pria besar itupun tertawa terpingkal-pingkal bersama teman-temannya.
haa.. pemandangan biasa y
ang tidak terlalu menarik bagiku. Aku lebih memilih duduk di taman yang cukup bisa melihat sebagian aktivitas mahasiswa.

---
--------------------------------------------------------------------------------------------

aku berjalan sendirian di
Fourth Avenue street. hanya beberapa org yg kulihat di spanjang jalan itu. dan sesekali anak-anak punk meluncur sambil beratraksi dengan skateboard nya. Para penjaga toko kadang merasa terganggu dg kehadiran mereka yg suka berteriak seenaknya, dan merusak fasilitas-fasilitas umum. Memuakkan.
handphone ku bergetar,
aku mengangkatnya dengan sedikit malas.
'hallo?'
‘Do you still remember me, North?' sahut suara diseberang sana.
ah.. ya bagaimana aku lupa suara itu
? Sarah, seorang wanita muda seangkatanku, berkewarganegaraan Inggris, berkulit putih, bola matanya yang biru seperti mata elang, Tajam, dan dihiasi dengan eyeshadow di pinggiran matanya, Menunjukan bahwa dirinya sangat begitu percaya diri dan anggun , perawakannya yang indah, rambutnya panjang dengan warna pirang kecoklatan berkilau, digerai, dan bagian depannya dibentuk mengikuti gaya Avril Lavigne, wajar jika banyak yang mengajaknya kencan jika malam minggu tiba, bahkan tidak hanya malam minggu. Beberapa bulan yang lalu kami dekat, tapi sudah 2 bulan ini kami jadi jarang bertukar kabar, mungkin dia sibuk dengan pacarnya, dan baru kali ini dia menghubungiku lagi. ah ya.. aku hrus menjawab pertanyaan nya..
'yeah. ofcourse. how are you
, Sarah?'
Sepanjang  perjalanan menuju apartemen, ku habiskan dengan telpon darinya, apa yang kami bicarakan? Hal-hal tak penting yang tidak perlu kalian tahu.
----------------------------------------------------------------------------------------------------

Aku berbaring di tempat tidur setelah selesai mandi dan berpakaian. aku bangkit menuju lemari pendingin dan mencomot sekaleng cola dan beberapa kue kering..
rrr...rrr...
handphoneku kembali bergetar, siapa yg mengganggu ku
kali ini? Kulihat tidak ada nomor yang tertera disana hanya tulisan ‘private number
kudekatkan handphoneku ke telinga
hallo?
Aku menjawab dengan agak kasar,
“North?” sahut suara lawan bicaraku.
Suaranya serak tertahan, aku kenal dengan suara ini, aku mulai serius, dan perasaanku mulai mengatakan ada yang tak beres diluar sana.
“Yeah, ada apa, Rouge?”
Dia mulai berbicara, aku diam, mataku membelalak tak percaya, cola yg ku genggam lepas dari tanganku begitu saja. tangan ku bergetar.

ti...tidak mungkin

aku hanya bisa berkata itu.
Tubuhku mulai menggigil hebat seolah tak percaya akan apa yg barusan ku dengar. Semenit kemudian aku tersadar, aku harus cepat-cepat pergi, dan mengemas barang-barangku. Ya.. pergi dari sini.

Aku menuruni tangga apartemenku dengan tertatih-tatih,aku harus cepat sebelum para Agen itu menangkapku dan menjebloskanku ke neraka. agh... tempat itu.. aku tak sudi memasuki nya bahkan untuk membayangkan hidup disana aku tak ingin. mengerikan. sepuluh orang lebih rekan sekelompokku sudah menjadi budak disana, dan aku tak berminat mengikuti jejak mereka.
sebuah mobil Limousin hitam sudah terparkir di depan apartemenku ,aku akan menuju bandara. ya.. aku harus pergi ke tempat itu,tempat dimana aku bekerja. dan membuatku menjadi jutawan muda. aku berangkat dengan kedua pengawal pribadi yang dikirim atasanku, dan seorang pengawas..........

*tobe continued*

Sajak Gagak kesendirian

0 komentar
TwitThis
kadang aku merasa di abaikan
kadang aku merasa sendiri
aku selalu disini mengemis kasih dari orang-orang yg tak ku kenal sblumnya,
aku tak pernah berpikir mereka akan menelantarkan aku dan bermain dg ksibukan mereka sendiri.
sedangkan aku,yg blum mngrti arti hdup ini, berusaha berjuang untuk tak tergantung pada mereka, bahkan hanya untuk meminta bantuan mereka.
tak ku sangka mereka menyeretku ke lembah kesepian yg sangat aku benci,
tapi aku berusaha mencari seseorang untuk keluar dari lembah kesepian itu,
aku berteriak.
tapi bahkan aku tak bisa mendengarkan eranganku sendiri,
aku mencoba memanjat tebing-tebing hinaan yg membatasi kesepian itu.
aku tak perduli, walau tanganku berlumur darah hitam kebencian yg mengalir deras, tertusuk oleh duri-duri kecurangan.
aku bangkit dan berusaha kembali mencari kehangatan kasih sayang itu lagi.

Dea Yusup
2009

Aku dan Skenarioku

0 komentar
TwitThis
Ketika langkah tertahan oleh keraguan,
Ketika lidah kelu oleh kemunafikan,
Ketika sikap tak lagi sesuai aturan,

Aku tahu tak semuanya akan sesuai harapan, Belum.


Sesuatu mungkin akan hadir saat keterpurukan,
Sesuatu yang mungkin relative,
Kadang bernilai positif atau lebih buruk dari itu.
Kita tahu ada kata saling diantara kita, ada kata ikatan dalam hati kita, Aku tak ingin mengusiknya dulu saat ini,

tidak untuk saat ini!!

Saat dimana banyak hal yg belum kita pelajari.
Kau tetap Matahariku,
Entah sampai saat yang mana,
Entah sampai senja yang mana,
Aku tak tahu.

Yang Aku tahu,
Sekarang Aku hanya ingin malam,
Malam yang sepi,
Yang menunggu fajar menyingsing,
Yang menunggu hari cerah tanpa mendung disana-sini.
Tanpa Sang Guntur yang menghantam udara dan pecah memekakan telinga,
Yang Aku tahu semua ini harus Aku jalani.
Walau kadang malam tak selalu indah ditemani bulan yang bentuknya seperti sepotong biskuit yang tak habis dimakan,
Atau di temani rintik hujan, segelas kopi pahit dan beberapa batang rokok yang akan atau sedang kuhisap,
Mereka adalah kombinasi keindahan dalam versiku,

Aku…

Adalah seonggok daging bernyawa yang menanti fajar tak kunjung datang,

Aku..

Adalah dalang dari beberapa skenario dalam ceritaku sendiri,

Dan Aku adalah Malam yang lelah untuk bergantian tugas dengan Matahari.
Dan aku adalah Aku, tak ingin sama dengan ‘aku’ yang lainnya.


X.Near, Dhea.
April, 24th, 2011
1.09 PM

Terlalu manis untuk dilupakan

MUAK!!! (chapter 2)

0 komentar
TwitThis
(sebelumnya klik disini) .... Tapi kali ini musik itu membantuku melampiaskan emosiku. aku berlari ke arah DVD Player yang terpajang indah di pojokan kamarku. aku memilih beberapa kaset. lagu dari Avenged Sevenfold - (Betrayed) meronta keras didalam rumahku.

"Passion in my eyes, I lived it everyday, but how could you go and throw it all away
In my dreams it's me and you, it's there I saw it all come true
As time went by faith in you grew, so one thing left for me to do

I feel it burn inside, burning me like the rising sun
Lifted into the sky, took away the only thing I loved
I know after tonight all your power crumbles in my arms
So don't worry, I'll be fine, when my life ends, I'll leave this scar........

aku tak menghayati setiap lyricnya, aku hanya menyukai hentakan musicnya yang membawa serta emosiku di dalamnya...



--------------------------------------------------o0o-----------------------------------------------------------------------------


suara deringan jam Weker bermotif anjing melengking keras, membuatku tersentak dari tidurku, ah, aku baru menyadari kalau aku tidur di sofa, bukan di kamarku. kepalaku masih terasa sakit, kulihat botol botol wine berserakan di karpet wool yang sengaja ku beli saat liburan ke Mesir. sebagian pecah karena tak sengaja terjatuh. aku tertatih bangkit dari sofa, masih kulihat abu dari foto-foto yang ku bakar tadi malam, rasa sakit ini masih belum juga sirna, pesan pesan singkat yang dikirim olehnya tak kubaca dan segera ku hapus. Terngiang lagi saat kulihat dirimu berdua dengannya begitu mesra, sangat mesra malah, sampai kehadiranku yang ada di belakangmu pun tak kau sadari. malam itu Restoran La Grassa tempat resepsi pernikahan rekan kerjaku yang juga rekan kerja kekasih mu itu bagaikan neraka bagiku, orang orang tertawa sumringah, tapi aku tidak. mataku menyala, kecemburuan, kekesalan, putus asa bercampur aduk dikepalaku. aku tau aku bukan siapa-siapa bagimu, aku hanyalah tempat persinggahan kala kau sedang tak ingin dengan kekasihmu, ya aku hanya sahabatmu yang sangat mencintaimu. tapi dia datang dan mengubah semua diantara kita, aku yang memendam rasa, aku yang memendam cinta, ketika aku ungkapkan kau melah menertawakanku dan menganggapnya sebuah lelucon, aku hanya terdiam, lalu tersenyum pahit.
segelas anggur yang aku ambil tak kuhabiskan, aku langsung pergi dan mengucapkan beberapa hal basa basi pada tuan rumah. kupacu kencang sedan hitam kesayanganku membelah sunyinya malam.
------------------------------------------------------o0o----------------------------------------------------------------------


5 tahun berlalu semenjak kejadian itu, tapi entah kenapa namamu selalu terngiang indah dalam ingatanku, seolah berbisik memanggil namaku, aku tak terlalu menghiraukannya, aku tau itu hanya suara masa laluku yang tak mungkin terulang lagi. cukup sudah aku bahagia dengan kehidupanku kini, aku benci padamu, tapi kau terlalu jauh menanamkan rasa itu. aku tak bisa berdusta, aku -terkadang- rindu padamu. dan seandainya kau tahu, ketika rindu itu menyerangku, aku sangat tersiksa.


aku mengarahkan sedan hitam kesayanganku ke arah utara, setelah bertemu lampu merah di depan aku harus mengarahkan mobilku ke arah kanan. rute yng selalu ku tempuh saat aku pulang ke rumah,
ya. kali ini aku ingin pulang ke rumah lebih cepat, entah hal apa yang mendorongku untuk melakukannya malam ini mungkin aku lebih memilih menengguk wine dirumahku sendiri, untuk mengingat malam 5 tahun lalu.
Kuarahkan mobilku menuju garasi, aku memburu pintu utama dan kuketuk sedikit memaksa,
"abang udah pulang?"
sapa seraut wajah manis dari balik pintu, wajah yang selalu bisa membuatku tersenyum saat aku lelah, dia adikku. Rahma. dia sedang menempuh program S1 jurusan Hukum, cita-citanya sejak SMA, setelah orang tua kami terbunuh dalam insiden perampokan beberapa tahun yang lalu. akhirnya perusahaan ayah diwariskan kepadaku, aku yang baru saja menyelesaikan S2 ku di Harvard University langsung dipanggil pulang, dan harus dengan cepat menguasai semua hal yang bersangkutan dengan perusahaan ayahku.
"iya." aku tersenyum sedikit malas. aku berjalan masuk lalu melonggarkan sedikit ikatan dasiku.
"tadi ada telpon dari Clara," Sahut Rahma sambil menuangkan secangkir kopi hangat untukku, dan ia pun kembali sibuk menonton televisi,
ah.. Clara seorang gadis cantik yang ku temui di sebuah pesta ulang tahun rekan kerjaku, dia anak dari perusahaan rekanan ayahku. Dia mungkin menyukaiku, tapi entah kenapa aku sama sekali tak menaruh hati padanya.
"Dia bilang apa sama kamu?" aku menghisap perlahan cangkir berisi air kopi itu. cukup membuat saraf ku sedikit melonggar.
"dia cuma nanyain abang udah pulang atau belum, dia juga bilang kenapa sms nya jarang abang balas."
Rahma beranjak ke dapur dan mengambil beberapa cemilan dalam kulkas. ia kembali duduk manis dan memakan cemilan itu sendiri.
"pertanyaan yang selalu sama"
aku tersenyum maklum. sedikit agak hilang rasa lelah aku beranjak menuju kamar tidur, dan berinisiatif untuk mendinginkan pikiran dalam siraman air shower.  



malam ini aku berbusana santai, celana pendek dan kaus singlet hitam favoritu, entah kenpa malam ini aku sangat malas untuk berkumpul dengan teman-temanku di pub hanya untuk menghamburkan beberapa lembar uang. dan bersenang-senang dengan para wanita. walau begitu aku tak pernah mencoba untuk menggagahi salah satu dari mereka, ya aku tak sudi.


aku memindahkan saluran televisi, Rahma sudah lelap tertidur di sofa, aku menutupi badannya dengan selimut tebal berwarna pink yang menjadi favoritnya, aku menatap wajahnya yang tenang, dan aku tersenyum melihat rona wajahnya yang lembut, aku kecup keningnya, ia sedikit menggeliat. lalu kembali terlelap.


malam itu dingin, hujan rintik-rintik berjatuhan dari langit hitam, aku terpekur menatap jauh keluar jendela. menembus dinginnya malam,  dan aku pun ikut terlelap



"Rona wajah itu tersenyum manis pada masa laluku
tidak! dia bukan tersenyum, tapi berseringai"
--------------------------------------------o0o--------------------------------------------------------------


+Tobe continued+
 

Free Blog Templates

Easy Blog Trick

Blog Tutorial

Twitter Blog Templates © Copyright by Coz | Template by BloggerTemplates | Blog Trick at Blog-HowToTricks